ARSITEKTUR RIAU
Kondisi alam dan keyakinan masyarakat
Kepulauan Riau sangat mempengaruhi pola arsitektur rumahnya. Pengaruh alam
sekitar dan keyakinan dapat dilihat dari bentuk rumahnya, yaitu berbentuk
panggung yang didirikan di atas tiang dengan tinggi sekitar 1,50 meter sampai
2,40 meter.
Permukiman
Pulau Penyengat Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau
Pola
Ruang/Denah
Kedua rumah panggung Limasan di kedua
kawasan ini memang masih dipertahankan oleh pemiliknya. Dengan tinggi panggung
1,50-2 meter, dibuat panggung sebagai ciri khas rumah didaerah Penyengat.
Material rumah banyak didominasi oleh bahan kayu dengan atap dari seng. Tangga
depan berada persis ditengah rumah seolah membelah rumah menjadi 2 bagian.
Adapun lebih lengkapnya akan dijelaska sebagai berikut
Bagian-bagian Rumah Belah
Bubung
Pada rumah belah bubung terdiri atas 3
(tiga) bagian, yakni selasar, rumah induk dan penanggah.
a. Selasar
Pada umumnya selasar terdapat tiga mcam,
yakni Selasar Luar, Selasar Jatuh dan Selasar Dalam. Selasar merupakan tempat
anak-anak bermain, meletakan alat pertanian dan tempat menerima tamu.
b. Rumah
Induk
Rumah Induk terbagi ke dalam tiga bagian
yakni ruangan muka, ruangan tengah, dan ruang dalam.
Ruangan
muka.
Pada ruangan ini menjadi tempat kaum
ibu, serta tempat tidur keluarga perempuan dan anak-anak yang belum berusia 7
tahun.
Ruangan
tengah.
Ruangan ini menjadi tempat tidur
laki-laki yang sudah berumur 7 tahun.
Ruang
dalam.
Ruang ini merupakan tempat tidur orang
tua perempuan dan anak perempuan yang telah dewasa.
c. Penanggah
Yang dimaksud ruang penanggah adalah
ruang Telo dan ruang dapur. Ruang telo berfungsi menghubungkan rumah induk
dengan dapur.
Ornamentasi
/ Ragam Hias
Corak atau ornamen yang digunakan pada
rumah adat ini bersumber dari alam, yakni flora dan fauna. Di antara
corak-corak tersebut, yang terbanyak dipakai adalah yang bersumber pada
tumbuh-tumbuhan (flora). Hal ini terjadi karena orang Melayu umumnya beragama
Islam sehingga corak hewan (fauna) dikhawatirkan menjurus kepada hal-hal yang
berbau “keberhalaan”. Corak hewan yang dipilih umumnya yang mengandung sifat
tertentu atau yang berkaitan dengan mitos atau kepercayaan tempatan.
Secara umum corak-corak tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Flora
Hiasan yang menstilasi tumbuh-tumbuhan
banyak digunakan. secara umum, penggunaan stilisasi tumbuh-tumbuhan dapat
dikelompokan ke dalam tiga kelompok, yaitu : kelompok kaluk pakis, kelompok
bunga-bungaan dan kelompok pucuk rebung.
Kelompok
keluk pakis memiliki dua motif utama, yaitu motif daun-daunan dan motif
akar-akaran. Hiasan berbentuk daun meliputi motif daun susun, daun tunggal dan
daun bersangit. Sedangkan hiasan berbentuk akar-akaran meliputi motif akar
pakis, akar rotan, dan akar tunjang.
Kelompok
bunga-bungaan meliputi stilisasi bunga Kundur, bunga Melati, bunga mangga,
bunga cengkeh, bunga melur, bunga cina dan bunga hutan.
Kelompok
pucuk rebung meliputi pucuk rebung dan sulo lalang.
Adapun warna-warna yang sering digunakan
sebagai pewarna motif tumhan adalah :
Warna
hijau digunakan untuk mewarnai motif daun
Warna
putih, kuning, merah atau cat emas digunakakan untuk mewarnai motif bunga
Warna
hiju dan biru digunakan untuk mewarnai motif tangkai.
a. Fauna
Ukiran yang menggunakan bentuk hewan
dalam rumah Belah Bubung sangat sedikit jumlahnya. Adapun hewan yang dipilih
adalah hewan yang dianggap baik oleh masyarakat, misalnya semut beriring, itik
sekawan dan lebah bergantung. Namun demikian penggambaran detail dari
hewan-hewan tersebut tidak jelas.
Dinamakan motif semut beriring karena
bentuknya dianggap seperti semut beriring. Corak semut dipakai walau tidak
dalam bentuk sesungguhnya, disebut semut beriring karena sifat semut yang rukun
dan tolong-menolong. Dinamakan itik sekawan karena berjalan bergerombol.
Dinamakan lebah bergantung karena bentuknya seperti lebah bergantung, dan digunakan
karena sifat lebah yang selalu memakan yang bersih, kemudian mengeluarkannya
untuk dimanfaatkan orang ramai (madu). Penggunaan warna ditentukan oleh selera
yang punya rumah.
a. Alam
Motif alam yang sering digunakan adalah
motif bintang-bintang dan awan larat. Warna yang digunakan untuk mewarnai
ukiran bintang-bintang pada umumnya adalah warna putih, kunin dan keemasan.
Sedangkan warna yang digunakan untuk mewarnai awan larat adalah warna hijau,
biru, merah, kuning dan putih.
a. Kaligrafi
dan Kalimah
Motif kaligrafi atau kalimah merupakan
ukiran yang berasal dari ayat-ayat al-Quran merupakan bentuk ukiran yang
merefleksikan kepercayaan atau agama masyarakat Kepulauan Riau, yaitu Islam.
Warna yang digunakan untuk mewarnai ukiran kaligrap atau kalimah adalah warna
Putih, biru, hijau, kuning, keemasan atau perak.
b. Motif
Lain
Hiasan lain yang biasa digunakan adalah
Selembayung yang diletakkan di puncak atap, Sayap Layang-Layang yang diletakan
pada ujung kaki cucuran, Pinang-Pinang atau Gasing-Gasing, Papan Tebuk dan
Balam Dua Selengek atau ukiran berbentuk burung Balam. Warna yang biasa digunakan
adalah warna Putih sebagai tanda kesucian, warna merah sebagai tanda
persaudaraan dan keberanian, warna kuning sebagai lambing kekuasaan, warna biru
sebagai lambing kekuasaan di laut, warna hijau menlambangkan kesuburan dan
kemakmuran, warna hitam melambangkan keperkasaan, warna keemasan sebagai
lambang kekuasaan dan kejayaan.
Rumah bubung melayu ini biasanya dihiasi
dengan ukiran-ukiran : Puncak atapnya dihiasi ukiran selembayung dan
ujung cucuran atap dihiasi ukiran sayap layang-layang. Ukiran lebah
bergantung menghiasi lesplank, akar paku mengisi bidang-bidang kosong,
kisi-kisi dihiasi ukiran papan tebuk bermotif itik sekawan, bunga-bunga maupun
ukiran larik.
Konsep Simbolik
a. Tata
Ruang Rumah
Tata ruang rumah dengan beragam jenis
fungsinya merupakan simbol agar semua orang taat pada aturan. Adanya bagian
ruang yang berfungsi sebagai ruang-ruang privat, seperti ruang-ruang pada Rumah
Induk, dan ruang publik, seperti Selsar dan Penanggah, merupakan usaha untuk
menanamkan dan manjaga nilai kesopanan, etika bermasyarakat.
b. Ornamen
Penggunaan ragam hias berkaitan dengan
beragam warnanya tidak saja mengandung nilai estetika (keindahan) tetapi juga
nilai etis, moral, sosial dan religius. Ukiran Daun Bersusun melambangkan kasih
sayang, ukiran Daun Bersanggit melambangkan kehidupan bermasyarakat, ukiran
Akar Pakis melambangkan kehidupan keyakinan bahwa semuanya akan kembali pada
yang Satu, ukiran Akar Rotan melambangkan kehidupan yang harus terus
berkembang, dan ukiran Akar Tunjang melambangkan tempat berpijak. Ukiran
berbentuk fauna melambangkan hidup bergotong royong, ketertiban umum dan
sebagainya. Penggunaan ukiran dari ayat-ayat al-Quran tidak saja untuk hiasan
tetapi juga sebagai azimat, yaitu agar terhindar dari gangguan makhluk halus
dan sebagainya.
Bahan Bangunan
yang Digunakan
Bahan bangunan yang
digunakan pada rumah adalah :
Tiang
|
Kayu
Kulim, Kaling, Resak, Tembusu
|
|
Lantai
|
Papan kayu
Meranti, Medang, dan Punak
|
|
Dinding
|
Kayu
Punak, Meranti, Medang, Kulim
|
|
Dinding
Dapur
|
Kulit kayu
Meranti/Pelepah Kumbia/Bambu
|
|
Pintu
|
Kayu
Surian, Punak, Tembusu
|
|
Atap
|
Susunan
daun Nipah/duan Rumbia
|
|
Penyatu
tiang-tiang kayu
|
Pasak dari
Nibung
|
|
Pengikat
atap rumah
|
Rotan
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar